Jurnal Teknik Industri Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin <p>Jurnal Teknik Industri adalah jurnal yang fokus pada Teknik Industrii yang diterapkan dalam industri, pemerintah, dan universitas.</p> <p>Semua artikel harus mencakup validasi dari ide yang disajikan.</p> <p>Misalnya melalui studi kasus, percobaan, atau perbandingan sistematis dengan pendekatan lain.</p> <p>Topik dari jurnal Teknik Industri ini adalah semua yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik Industri<br /><br />ISSN CETAK = <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1365567521">2302-2205</a></p> <p>ISSN ONLINE = <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20211101421365254">2808-7321</a></p> en-US basukiarianto@gmail.com (Basuki Arianto) prodi-ti@unsurya.ac.id (Jamal Adi Septian) Thu, 22 May 2025 00:00:00 +0000 OJS 3.2.1.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Evaluasi Penjadwalan Proyek Relokasi Pipa Gas Di Jembatan Ciwaringin Cirebon Dengan Metode Critical Path Method (CPM) https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1573 <p><em>Jaringan pipa gas di jembatan Ciwaringin Cirebon perlu segera dipindahkan, proyek tersebut berstatus pekerjaan mendesak. PT. INT sebagai pemilik aset menunjuk PT. XYZ sebagai kontraktor pelaksana. Rencana kerja selama 140 hari telah ditetapkan oleh PT. XYZ untuk pelaksanaannya, Namun, proyek tersebut mengalami keterlambatan dan selesai dalam waktu 166 hari. Peneliti menggunakan Critical Path Method (CPM) untuk menentukan lamanya waktu dengan melakukan peninjauan penjadwalan berdasarkan tantangan tersebut.</em><br /><br /><em>Critical Path Method (CPM) adalah teknik untuk menghitung dan merotasi jaringan kerja proyek guna menentukan tugas mana yang perlu diprioritaskan agar dapat menyelesaikan proyek sesuai jadwal. Studi logistik tentang saling ketergantungan harus digunakan untuk menentukan jaringan kerja terlebih dahulu. Manajer proyek dapat menggunakan Critical Path Method (CPM) sebagai teknik untuk mengatur sumber daya proyek.</em><br /><br /><em>Jalur kritis yang didapat yaitu: A → E → G → H → I ditentukan oleh perhitungan dan evaluasi proyek. Jalur ini mencakup tugas-tugas berikut: pekerjaan persiapan (A), pekerjaan khusus (E), pekerjaan Golden Joint (G), pekerjaan perbaikan dan rekondisi (H), dan pekerjaan penyelesaian akhir (I). Pekerjaan tersebut memakan waktu 153 hari untuk diselesaikan. </em><em>Penjadwalan rencana kerja ini dibandingkan selama 140 hari, yang berarti 13 hari lebih lama dari yang direncanakan semula. Hal ini karena, rencana awal menggunakan Gantt Chart, peneliti menggunakan Metode Jalur Kritis (CPM) untuk melakukan evaluasi.</em><br /><br /><em><strong>Kata kunci</strong> : Jaringan Pipa Gas, Penjadwalan Proyek, Critical Path Method</em></p> Berry Fitriandi, Basuki Arianto, Sungkono Sanusi, Indramawan Indramawan, Darmawan Yulianto Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Industri Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1573 Thu, 22 May 2025 00:00:00 +0000 Evaluasi Kelayakan Investasi Antara Bus Listrik Dan Bus Konvensional Di PT. SYM https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1575 <p><em>Pertumbuhan pesat dalam sektor transportasi menuntut pengembangan moda alternatif yang lebih efisien serta ramah lingkungan. PT. SYM sebagai perusahaan penyedia layanan transportasi menghadapi tantangan penting dalam menentukan arah investasi strategis antara penggunaan bus listrik atau bus konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan investasi kedua jenis bus dengan menggunakan pendekatan ekonomi teknik selama periode tujuh tahun. </em></p> <p><em>Analisis dilakukan berdasarkan empat indikator utama, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period, dan Benefit Cost Ratio (BCR).</em></p> <p><em>Hasil studi menunjukkan bahwa bus konvensional memiliki NPV dan IRR yang lebih tinggi, di mana IRR mencapai 42% dan periode pengembalian (Payback Period) selama 2,62 tahun. Sebaliknya, bus listrik menunjukkan IRR yang lebih rendah dengan periode pengembalian selama 4,85 tahun. Nilai BCR untuk bus konvensional tercatat sebesar 1,93, sedangkan bus listrik memiliki nilai 1,64. Walaupun investasi awal bus listrik lebih besar, biaya operasional dan pemeliharaannya lebih rendah dibandingkan bus konvensional. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa kedua jenis bus secara finansial layak dijalankan karena waktu pengembaliannya masih dalam batas yang dapat diterima. PT. SYM dapat mempertimbangkan penggunaan bus listrik untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus berkontribusi pada sistem transportasi yang berkelanjutan.</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Kata kunci</em></strong><em> : </em><em>Bus listrik, bus konvensional, kelayakan investasi, NPV, IRR, Payback Period, Benefit Cost Ratio.</em></p> Desgawan Dzikri Pradana, Hari Moektiwibowo, Indramawan Indramawan Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Industri Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1575 Thu, 22 May 2025 00:00:00 +0000 Evaluasi Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Sektor Industri Pengendalian Hama Menggunakan Metode HIRADC https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1558 <p><em>Exposure to toxic chemicals, physical hazards from equipment use, and biological risks due to interaction with pests are among the potential threats to occupational safety and health in the pest control industry. As a company operating in this sector, PT. Zeta Pest Control is required to conduct a risk assessment to determine the level of hazards and establish effective control measures. This study employs the Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC) method to evaluate the likelihood, exposure, and consequences associated with various potential hazards encountered in pest management activities. </em></p> <p><em>The hazard identification process was applied to several work methods, including spot spraying, cold fogging, hot fogging, and rodent baiting. A risk assessment matrix was then utilized to analyze the risks based on three factors: likelihood, exposure, and severity of consequences. The results were categorized into priority levels, including high and very high risk. Control measures were determined according to the hierarchy of hazard control, which comprises elimination, substitution, engineering controls, administrative controls, and the use of personal protective equipment (PPE). </em></p> <p><em>The findings reveal that certain work methods pose very high risks, such as cold fogging with risk scores ranging from 900 to 1800, and hot fogging with a score of 900.Meanwhile, spot spraying and rodent baiting are classified as priority 1 and very high risk, with chemical exposure scoring 540 and bacterial contamination scoring 450. Based on inspections of work equipment, chemicals, PPE, general safety, and worker health, 72% of workers were deemed compliant, while 28% were non-compliant. Recommended control measures include replacing hazardous chemicals, improving ventilation systems, implementing stricter standard operating procedures, and ensuring appropriate PPE usage for each work method. </em></p> <p><strong>Kata Kunci:</strong><em> Occupational Safety, Pest Control, HIRADC, Occupational Risk, Hazard Control</em></p> jamal adi septian; HILMAN SURYANA, HARI MOEKTIWIBOWO, WASPADA TEDJA BHIRAWA Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Industri Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1558 Thu, 22 May 2025 00:00:00 +0000 Perancangan Ulang Antropometer Posisi Duduk Yang Ergonomis Pada Laboratorium Teknik Industri https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1574 <p><em>Adanya kekurangan alat ukur yang layak di laboratorium teknik industri sehingga diperlukan penelitian perancangan dan pengembangan alat antropometer duduk untuk mendapatkan desain yang ergonomis. Rumusan permasalahan pada penelitiani ini antara lain apa saja keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa pada saat menggunakan antropometer duduk yang tersedia di laboratorium teknik industri dan bagaimana bentuk dan dimensi antropometer duduk yang ergonomis.</em></p> <p><em>Penggunaan persentil dalam perancangan sangat mempengaruhi rancangan Antropometer Posisi Duduk yang akan dirancang. Apakah Antropometer Posisi Duduk yang dirancang dapat digunakan oleh 95% penggunanya atau tidak ditentukan oleh persentil yang digunakan oleh perancang. Perhitungan persentil pada penelitian ini menggunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%. Nordic body map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang dikenal dengan musculoskeletal. Sebuah sistem musculoskeletal (sistem gerak) adalah sistem organ yang memberikan hewan (dan manusia) kemampuan untuk bergerak menggunakan sistem otot dan rangka. </em></p> <p><em>Keluhan sebanyak 30 orang mahasiswa pengguna Antropometer Posisi Duduk dengan persentase di atas 75% dirasakan adalah Sakit pada pantat dan sakit pada bagian bawah pantat. Dimensi utama dari antropometer posisi duduk antara lain lebar alas 85 cm dengan panjang alas 110,4 cm, tinggi tempat duduk 47 cm, tinggi kepala posisi duduk 90 cm dan lebar maksimal alat 153,4 cm.</em></p> <p><em><strong>Kata Kunci </strong>: Antropometer Posisi Duduk, Nordic Body Map, Laboratorium Teknik Industri </em></p> Basuki Arianto, Waspada Tedja Bhirawa, Jamal Adi Septian, Erna Magai Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Industri Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/view/1574 Thu, 22 May 2025 00:00:00 +0000